Jumat, 28 September 2012

ASTRA INTERNATIONAL

Tidaklah asing di telinga kita mendengar nama perusahaan sekaliber ASTRA INTERNATIONAL (AI). Group Konglomerasi asal Indonesia yang pada tahun 2012 ini menginjak usianya yang ke-55 tahun, saat ini tercatat sebagai perusahaan swasta dengan kapitalisasi pasar terbesar di bursa saham Indonesia. Didirikan oleh mendiang William Soeryadjaya bersama saudaranya pada tahun 1957, fokus bisnis Astra di awal kemunculannya adalah pada perdagangan umum dan ekspor-impor. Nama Astra sendiri diambil dari kata Astrea, yang berarti dewi keadilan dalam mitologi Yunani.
Dengan berpedoman pada Catur Dharma sebagai filosofinya, hingga kini Astra telah menjelma menjadi grup konglomerasi bisnis terbesar di Indonesia dengan total 158 anak perusahaan, dimana tidak hanya sektor otomotif di pasar domestik yang berhasil dikuasainya (baik roda dua maupun roda empat), tetapi, Astra juga fokus menggarap 5 (lima) sektor lainnya yang dijadikan sebagai bisnis inti dan sumber pemasukan utama perusahaan, yaitu jasa keuangan, alat berat & pertambangan, agribisnis, infrastruktur dan logistik, serta teknologi informasi.
Berdasarkan laporan keuangan konsolidasi tahun 2011 lalu, AI berhasil meraup pendapatan bersih sebesar Rp 162,56 triliun, atau naik sebesar 25.06% dari tahun sebelumnya, yaitu sebesar Rp 129,99 triliun. Sementara untuk laba bersih, perseroan berhasil mencetak laba bersih 10.94% dari total pendapatan bersih, atau sebesar Rp 17,83 triliun di tahun 2011. Tidak hanya pendapatan dan laba bersih yang mengalami peningkatan, kapitalisasi pasar AI pun mengalami peningkatan yang cukup drastis, dari Rp 220,84 triliun di tahun 2010, menjadi Rp 299,58 triliun di tahun 2011, atau naik sebesar 35.66% dari tahun 2010.
Pertumbuhan kapitalisasi pasar AI ini otomatis semakin mengukuhkan posisi AI sebagai perusahaan termahal di Indonesia, dan juga semakin memperbesar jarak dengan Bank Central Asia (BCA) yang merupakan perusahaan dengan kapitalisasi pasar terbesar kedua yang tercatat di Bursa Efek Jakarta (BEJ) setelah Astra International di tahun 2011, dengan kapitalisasi pasar senilai Rp 195,27 triliun. Dengan segudang prestasi yang berhasil ditorehkan manajemen Astra sepanjang tahun 2011 lalu, tidak mengherankan jika saat ini perusahaan yang 50% sahamnya dimiliki oleh Jardine Cycle & Carriage ini juga tercatat sebagai perusahaan yang memberikan bayaran termahal untuk para eksekutifnya (Dewan Direksi dan Komisarisnya).
Berdasarkan data yang diambil dari Majalah SWA, di tahun 2011, Astra mengalokasikan 2,69% dari Laba Bersih, atau senilai Rp 575,75 miliar, untuk membayar Dewan Direksinya. Dengan Total Anggota Direksi yang berjumlah 9 orang, maka rata-rata Total Cash yang diperoleh oleh masing-masing Direksi Astra adalah sebesar Rp 63,97 miliar. Total Cash disini termasuk gaji, tunjangan, fasilitas, bonus, dll. Sungguh luar biasa bukan?
Dengan total karyawan mencapai hampir 170,000 orang, tentunya tidak mudah untuk bisa menjadi salah satu petinggi di anak usaha Astra International. Namun, kendati memiliki banyak anak usaha, Astra termasuk satu dari segelintir perusahaan di Indonesia yang paling jarang melakukan pembajakan eksekutif dari luar perusahaan. Grup ini selalu memprioritaskan talent-talent dari kalangan internal Astra sendiri untuk didapuk sebagai Direksi dan Komisaris di anak usahanya. Kebutuhan untuk melahirkan calon-calon pemimpin dari dalam tubuh internal sendiri telah diantisipasi sejak lama oleh manajemen Astra yang terdahulu. Sejak tahun 1970, grup usaha ini telah mengirimkan banyak karyawannya untuk mengikuti berbagai pendidikan dan pelatihan bisnis, baik di dalam maupun luar negeri. Kemudian, pada tahun 1989, Astra pun mendirikan Astra Executive Training Centre, yang kemudian berubah nama menjadi Astra Management Development Institute [AMDI] di tahun 1993.
Di lembaga internal inilah para calon pemimpin Astra ditempa. Mulai dari level supervisor hingga direktur, mereka semua diberikan materi, tidak hanya mengenai kepiawaian dalam berbisnis, tetapi juga penanaman kultur perusahaan yang menekankan akan pentingnya kerja tim daripada kerja individu. Tak akan pernah hilang dari ingatan saya, dimana atasan saya sewaktu bekerja di salah satu anak usaha Astra dulu kerapkali menekankan, “We Are SUPER TEAM, not SUPER MAN”!!
Dari periode 1993 hingga sekarang, masih belum terdengar kabar bahwa grup ini telah membajak professional dari luar. Hal ini menandakan, AMDI telah terbukti berhasil melahirkan banyak pemimpin-pemimpin berkualitas (termasuk CEO) untuk memenuhi kebutuhan 158 anak usaha Astra International.
Harus saya akui, saya pribadi sangat menyukai diskusi ataupun membaca artikel mengenai Astra dan juga seluruh anak usahanya dari semenjak saya duduk di bangku kuliah S-1. Bahkan hingga S-2, saya tidak pernah berhenti mencari dan mengakses informasi sebanyak-banyaknya tentang Astra, sampai pada suatu waktu, saya pun bertekad untuk bisa bekerja di Astra International setelah saya menyelesaikan kewajiban kuliah S-2 saya.
Gayung pun bersambut, doa saya ternyata didengar. Setelah melalui proses seleksi yang cukup panjang, saya pun resmi bergabung di salah satu anak perusahaan Astra yang bergerak di bidang penyewaan kendaraan bermotor sebagai Management Trainee untuk Sales Supervisor pada bulan Agustus tahun 2007. Hal ini juga menandai awal perjalanan karir saya di dalam dunia pekerjaan. Tidak lama bergabung, saya pun ditempatkan di Palembang untuk lebih memperdalam pengetahuan dan kemampuan saya di area Sales. Meskipun tidak terlalu lama bergabung di Astra (hanya 1 tahun), tetapi harus saya akui, sangat membanggakan dan sungguh menarik jika mengingat perjalanan karir saya di Astra dulu. Hingga kini, saya pun masih memendam keinginan untuk kembali ke Astra suatu saat setelah saya memiliki pengalaman dan jam terbang yang cukup tinggi sebagai professional bisnis.
Sekedar bernostalgia, salah satu hal yang paling menarik bagi saya dulu adalah acara genba (gerakan turun ke bawah) yang rutin dilakukan setiap tahun, tidak hanya oleh Dewan Direksi dari induk perusahaan Astra International, tetapi juga Dewan Direksi dari masing-masing anak usaha Astra. Secara singkat, genba adalah system komunikasi yang sudah dilakukan sejak lama di Astra, dimana Dewan Direksi dan Presiden Direktur Astra International akan turun ke daerah-daerah, mengunjungi kantor cabang anak usaha Astra yang ada di masing-masing daerah, mensosialisasikan strategi dan program perusahaan secara keseluruhan, serta juga berinteraksi dan berkomunikasi dengan seluruh Karyawan dari semua anak usaha Astra yang ada di daerah. Bagi saya, pelaksanaan genba ini amatlah sangat penting, tidak hanya dari sisi penyampaian komunikasi yang sangat efektif ke level bawah perusahaan, tetapi juga untuk lebih meningkatkan sinergi bisnis anak usaha Astra yang satu dengan yang lainnya. Sinergi tidak akan muncul jika tidak diawali dengan kekompakan dan kedekatan antar sesama anak usaha Astra, dan kekompakan serta kedekatan ini didapatkan melalui persiapan genba yang membutuhkan kerja tim dari semua anak usaha Astra yang ada di daerah yang akan dikunjungi oleh Dewan Direksi.
Akhir kata, apa yang telah disampaikan diatas merupakan segelintir contoh prestasi yang berhasil ditorehkan Astra International di jagat bisnis nasional hingga kini, dimana semua prestasi tersebut bukanlah sesuatu yang bisa mereka dapatkan dengan mudah dan singkat, tetapi harus melewati jalan yang sangat panjang nan berliku. Apalagi dengan jumlah anak usahanya yang sangat banyak, tentunya tidak mudah untuk bisa mengarahkan seluruh anak usaha tersebut untuk dapat berjalan di jalan yang sama dan pada akhirnya secara bersama-sama tiba di tujuan akhir yang telah ditentukan. Namun, dengan jam terbang dan pengalaman panjangnya, saya yakin Astra akan terus tumbuh dan berkibar sebagai perusahaan nasional terbaik dan terbesar yang betul-betul layak mendapatkan predikat an Asset to the Nation. Well Done!!!

Google Search



Google