Senin, 04 April 2011

Berubaaahhh...!!!!

Sewaktu kuliah S-1 dulu, saya pernah diminta oleh Dosen saya untuk membuat Makalah yang terkait dengan Bisnis Internasional. Kebetulan tema utama yang saya bahas di makalah saya pada waktu itu adalah mengenai perusahaan Philips, dimana pada akhir makalah saya tersebut, saya membuat kalimat penutup, yang salah satunya adalah mengangkat mengenai SIP.

Apakah SIP itu?

SIP adalah singkatan dari Strategic Inflection Point, dimana istilah tersebut saya pinjam dari Andy Groove, salah seorang pendiri Intel Corp., yang kalau tidak salah memiliki arti sebagai berikut: suatu titik, dimana suatu perubahan dapat membuat perusahaan tumbuh menjadi lebih besar, menjadi lebih baik atau bahkan membuat perusahaan menjadi hancur berkeping-keping.

Ya, PERUBAHAN memang kata yang paling sering kita dengar beberapa waktu belakangan ini. Banyak perubahan yang sudah terjadi hingga sekarang, dan terbukti telah memberikan efek yang cukup besar bagi banyak pihak di muka bumi ini. Mulai dari Perubahan Iklim yang amat sangat fenomenal, sampai dengan perubahan gaya hidup yang telah mempengaruhi kehidupan, bahkan pola pikir kita sehari-hari. Dari telepon rumah yang menggunakan kabel dan hanya bisa kita gunakan di sekitar rumah, sampai dengan telepon seluler dengan segala teknologi serta kecanggihannya, yang mampu membawa kita menjelajahi seluruh penjuru negeri ini cukup hanya dengan sekali sentuhan saja.

Kita tentunya sering mendengar banyak istilah mengenai Perubahan. Bagi saya sendiri, kalimat yang paling sering saya dengar adalah “Tidak ada yang abadi di muka bumi ini, kecuali Perubahan itu sendiri.” Jika kita ingin bertahan hidup, maka berubahlah mengikuti lingkungan dimana kita berada.

Sama halnya dengan dunia bisnis. Mari kita ambil contoh perubahan di bidang teknologi seperti yang baru saja saya jelaskan, dan mari kita lihat lagi satu per satu, apa saja teknologi di sekitar kita yang sudah mengalami banyak perubahan? Sangat banyak bukan, dan akan sangat memakan waktu untuk menyebutkannya satu per satu. Jadi, silahkan Anda simpan dulu jawaban itu untuk sementara.

Belajar dari pengalaman saya pribadi sebagai orang yang berkecimpung di dunia Sales saat ini, hampir semua perusahaan sudah merubah gaya serta strategi penjualan mereka dari penjualan yang sifatnya Konvensional, menjadi penjualan yang bersifat Modern. Dulu, perusahaan cenderung menciptakan produk sebanyak-banyaknya, kemudian produk tersebut dilempar ke pasar, dan pembeli tidak memiliki banyak pilihan, kecuali membeli produk yang sudah dibuat oleh perusahaan tanpa bisa memberikan feedback/input ke perusahaan mengenai produk apa yang sebenarnya mereka butuhkan. Riset ataupun survey pasar bukanlah sesuatu yang penting bagi perusahaan sebelum menciptakan suatu produk. Beberapa perusahaan bahkan cenderung menganggap hal ini sebagai pemborosan yang tak perlu dilakukan.

Namun, silahkan Anda bandingkan kondisi di atas dengan kondisi pasar saat ini, dimana semua perusahaan berlomba-lomba mendengarkan semua masukan dari konsumennya, untuk kemudian masukan-masukan tersebut disulap menjadi suatu produk yang memang betul-betul dibutuhkan oleh masyarakat umum. Tidak hanya itu, setelah produk dijual dan terbukti laris di pasaran, perusahaan pun masih berlomba-lomba untuk melayani segala kebutuhan konsumen, khususnya untuk hal-hal yang terkait dengan layanan purna jual (after sales service), dengan harapan, konsumen yang puas akan melakukan pembelian ulang (repeat buying), serta juga memberikan rekomendasi ke teman-temannya yang lain mengenai kepuasannya setelah menggunakan produk dari suatu perusahaan tertentu.

Nah, sekarang mari kita kembali lagi ke pertanyaan seputar teknologi yang saya sampaikan di atas. Apakah Anda sudah mendapatkan jawaban dan contoh yang mudah? Yaa, Telepon adalah contoh yang paling mudah untuk menggambarkan betapa cepatnya perubahan yang terjadi dari dulu sampai dengan hari ini.

Di awal tahun 1990-an, masih banyak orang yang belum mengetahui mengenai Handphone. Saya pribadi pun di awal tahun 1990-an tersebut hanya tahu mengenai Telepon Rumah, dan baru secara intensif menggunakan telepon rumah tersebut pada tahun 1993.

Dan siapa sangka, di awal tahun 2000, sudah banyak orang yang meninggalkan telepon rumah dan mulai beralih ke penggunaan telepon genggam—atau biasa kita sebut dengan sebutan Handphone. Lalu bagaimana dengan sekarang? Saya berani bertaruh, tagihan telepon rumah Anda setiap bulannya pasti tidak akan bisa membuat Anda merogoh kocek sampai dalam lagi seperti dulu-dulu sewaktu Anda masih rutin menggunakan telepon rumah. Mengapa? Ada banyak faktor yang mempengaruhi menurunnya tagihan telepon rumah Anda. Namun, satu hal yang pasti, Perubahan kebutuhan dari telepon rumah ke telepon seluler adalah faktor yang paling utama yang memicu menurunnya tagihan telepon rumah Anda, yang secara otomatis juga mengurangi Tingkat Pendapatan serta Laba Bersih Telkom Indonesia selaku perusahaan tunggal yang ditunjuk oleh pemerintah untuk memegang lisensi Telepon Rumah.

Pada contoh kasus Telkom Group inilah apa yang disebut Andy Groove diatas mengenai SIP [Strategic Inflection Point] bisa kita jabarkan secara gamblang.

Perubahan kebutuhan dari telepon rumah ke telepon seluler secara otomatis memberikan dampak yang sangat fatal kepada fokus serta strategi bisnis Telkom secara keseluruhan. Lantas, dengan jumlah pelanggan telepon tetap (fixed wireline) yang hanya tinggal 8,4 juta pelanggan, kemana Telkom memfokuskan bisnisnya, yang kemudian bisnis tersebut akan bisa dijadikan sebagai sumber pendapatan (source of revenue) Telkom Group yang potensial?

Tentunya Anda sangat kenal dengan brand Telkomsel bukan? Ya, Telkomsel adalah perusahaan seluler terbesar di Indonesia, dengan market share sekitar 50% dan Total Pengguna (active subscriber)-nya mencapai hampir 90 Juta pelanggan, dimana angka tersebut telah sukses menjadikan Telkomsel sebagai market leader di industri telepon seluler di Indonesia. Hingga saat ini, mayoritas saham Telkomsel (65%) masih dikuasai oleh Telkom Indonesia, dimana Telkomsel menyumbangkan hampir 1/3 dari Total Pendapatan Tahunan Telkom. Selain menyelenggarakan pelayanan telekomunikasi, pundi-pundi uang Telkom Group lainnya juga banyak berasal dari bisnis data dan internet, jasa jaringan dan interkoneksi, serta content/application, dengan tetap mem-fokuskan pengembangan lini bisnisnya dengan mengacu ke konsep TIME: “Telecommunication, Information, Media and Edutainment”.

Dengan strategi serta fokus bisnis TIME-nya, Telkom masih tetap menjadi salah satu BUMN yang paling profitable dan paling bersinar di Indonesia, dengan kapitalisasi pasar pada akhir tahun 2009 hampir mencapai Rp 200 Miliar. Hingga detik ini, Telkom telah berhasil membuktikan, tidak hanya ke pasar di dalam negeri, tetapi juga di manca negara, bahwa perubahan di dalam industrinya tidak mampu menggoyahkan konsistensi dan komitmen perusahaan sedikitpun dalam melayani pelanggan-pelanggannya [committed to U], dan justru perubahan telah membuat mereka tumbuh menjadi semakin besar dan senantiasa terus memberikan yang terbaik kepada seluruh pelanggannya, salah satunya adalah dengan memberikan kemudahan akses ke semua pelanggannya untuk menjelajahi dunia [the world in your hand].

Singkat kata, siap atau tidak siap, perubahan pasti akan selalu datang di waktu yang tidak pernah bisa kita duga. Mengulang apa yang disampaikan oleh Andy Groove, bahwa “Perubahan akan memberikan kesuksesan yang tidak ada habisnya, atau justru sebaliknya, bahwa perubahan hanya akan membawa kehancuran dan malapetaka bagi perusahaan.”

Sudah seberapa siapkah Anda menghadapi Perubahan...???

Google Search



Google