Tidaklah asing di telinga kita mendengar nama
perusahaan sekaliber ASTRA INTERNATIONAL (AI). Group Konglomerasi asal
Indonesia yang pada tahun 2012 ini menginjak usianya yang ke-55 tahun, saat ini
tercatat sebagai perusahaan swasta dengan kapitalisasi pasar terbesar di bursa
saham Indonesia. Didirikan oleh mendiang William Soeryadjaya bersama saudaranya
pada tahun 1957, fokus bisnis Astra di awal kemunculannya adalah pada perdagangan
umum dan ekspor-impor. Nama Astra sendiri diambil dari kata Astrea, yang
berarti dewi keadilan dalam mitologi Yunani.
Dengan berpedoman pada Catur Dharma sebagai
filosofinya, hingga kini Astra telah menjelma menjadi grup konglomerasi bisnis terbesar
di Indonesia dengan total 158 anak perusahaan, dimana tidak hanya sektor
otomotif di pasar domestik yang berhasil dikuasainya (baik roda dua maupun roda
empat), tetapi, Astra juga fokus menggarap 5 (lima) sektor lainnya yang
dijadikan sebagai bisnis inti dan sumber pemasukan utama perusahaan, yaitu jasa
keuangan, alat berat & pertambangan, agribisnis, infrastruktur dan logistik,
serta teknologi informasi.
Berdasarkan laporan keuangan konsolidasi tahun
2011 lalu, AI berhasil meraup pendapatan bersih sebesar Rp 162,56 triliun, atau
naik sebesar 25.06% dari tahun sebelumnya, yaitu sebesar Rp 129,99 triliun.
Sementara untuk laba bersih, perseroan berhasil mencetak laba bersih 10.94%
dari total pendapatan bersih, atau sebesar Rp 17,83 triliun di tahun 2011.
Tidak hanya pendapatan dan laba bersih yang mengalami peningkatan, kapitalisasi
pasar AI pun mengalami peningkatan yang cukup drastis, dari Rp 220,84 triliun
di tahun 2010, menjadi Rp 299,58 triliun di tahun 2011, atau naik sebesar
35.66% dari tahun 2010.
Pertumbuhan kapitalisasi pasar AI ini otomatis semakin
mengukuhkan posisi AI sebagai perusahaan termahal di Indonesia, dan juga
semakin memperbesar jarak dengan Bank Central Asia (BCA) yang merupakan
perusahaan dengan kapitalisasi pasar terbesar kedua yang tercatat di Bursa Efek
Jakarta (BEJ) setelah Astra International di tahun 2011, dengan kapitalisasi
pasar senilai Rp 195,27 triliun. Dengan segudang prestasi yang berhasil
ditorehkan manajemen Astra sepanjang tahun 2011 lalu, tidak mengherankan jika
saat ini perusahaan yang 50% sahamnya dimiliki oleh Jardine Cycle & Carriage
ini juga tercatat sebagai perusahaan yang memberikan bayaran termahal untuk para
eksekutifnya (Dewan Direksi dan Komisarisnya).
Berdasarkan data yang diambil dari Majalah SWA, di
tahun 2011, Astra mengalokasikan 2,69% dari Laba Bersih, atau senilai Rp 575,75
miliar, untuk membayar Dewan Direksinya. Dengan Total Anggota Direksi yang
berjumlah 9 orang, maka rata-rata Total
Cash yang diperoleh oleh masing-masing Direksi Astra adalah sebesar Rp
63,97 miliar. Total Cash disini
termasuk gaji, tunjangan, fasilitas, bonus, dll. Sungguh luar biasa bukan?
Dengan total karyawan mencapai hampir 170,000
orang, tentunya tidak mudah untuk bisa menjadi salah satu petinggi di anak
usaha Astra International. Namun, kendati memiliki banyak anak usaha, Astra
termasuk satu dari segelintir perusahaan di Indonesia yang paling jarang
melakukan pembajakan eksekutif dari luar perusahaan. Grup ini selalu
memprioritaskan talent-talent dari kalangan internal Astra sendiri untuk
didapuk sebagai Direksi dan Komisaris di anak usahanya. Kebutuhan untuk
melahirkan calon-calon pemimpin dari dalam tubuh internal sendiri telah
diantisipasi sejak lama oleh manajemen Astra yang terdahulu. Sejak tahun 1970,
grup usaha ini telah mengirimkan banyak karyawannya untuk mengikuti berbagai
pendidikan dan pelatihan bisnis, baik di dalam maupun luar negeri. Kemudian,
pada tahun 1989, Astra pun mendirikan Astra
Executive Training Centre, yang kemudian berubah nama menjadi Astra Management Development Institute [AMDI] di
tahun 1993.
Di lembaga internal inilah para calon pemimpin
Astra ditempa. Mulai dari level supervisor hingga direktur, mereka semua
diberikan materi, tidak hanya mengenai kepiawaian dalam berbisnis, tetapi juga
penanaman kultur perusahaan yang menekankan akan pentingnya kerja tim daripada
kerja individu. Tak akan pernah hilang dari ingatan saya, dimana atasan saya
sewaktu bekerja di salah satu anak usaha Astra dulu kerapkali menekankan, “We Are SUPER TEAM, not SUPER MAN”!!
Dari periode 1993 hingga sekarang, masih belum
terdengar kabar bahwa grup ini telah membajak professional dari luar. Hal ini
menandakan, AMDI telah terbukti berhasil melahirkan banyak pemimpin-pemimpin berkualitas
(termasuk CEO) untuk memenuhi kebutuhan 158 anak usaha Astra International.
Harus saya akui, saya pribadi sangat menyukai
diskusi ataupun membaca artikel mengenai Astra dan juga seluruh anak usahanya
dari semenjak saya duduk di bangku kuliah S-1. Bahkan hingga S-2, saya tidak
pernah berhenti mencari dan mengakses informasi sebanyak-banyaknya tentang
Astra, sampai pada suatu waktu, saya pun bertekad untuk bisa bekerja di Astra
International setelah saya menyelesaikan kewajiban kuliah S-2 saya.
Gayung pun bersambut, doa saya ternyata didengar.
Setelah melalui proses seleksi yang cukup panjang, saya pun resmi bergabung di salah
satu anak perusahaan Astra yang bergerak di bidang penyewaan kendaraan bermotor
sebagai Management Trainee untuk Sales Supervisor pada bulan Agustus tahun 2007.
Hal ini juga menandai awal perjalanan karir saya di dalam dunia pekerjaan. Tidak
lama bergabung, saya pun ditempatkan di Palembang untuk lebih memperdalam
pengetahuan dan kemampuan saya di area Sales. Meskipun tidak terlalu lama bergabung
di Astra (hanya 1 tahun), tetapi harus saya akui, sangat membanggakan dan
sungguh menarik jika mengingat perjalanan karir saya di Astra dulu. Hingga
kini, saya pun masih memendam keinginan untuk kembali ke Astra suatu saat
setelah saya memiliki pengalaman dan jam terbang yang cukup tinggi sebagai
professional bisnis.
Sekedar bernostalgia, salah satu hal yang paling
menarik bagi saya dulu adalah acara genba
(gerakan turun ke bawah) yang rutin dilakukan setiap tahun, tidak hanya oleh
Dewan Direksi dari induk perusahaan Astra International, tetapi juga Dewan
Direksi dari masing-masing anak usaha Astra. Secara singkat, genba adalah system komunikasi yang
sudah dilakukan sejak lama di Astra, dimana Dewan Direksi dan Presiden Direktur
Astra International akan turun ke daerah-daerah, mengunjungi kantor cabang anak
usaha Astra yang ada di masing-masing daerah, mensosialisasikan strategi dan
program perusahaan secara keseluruhan, serta juga berinteraksi dan berkomunikasi
dengan seluruh Karyawan dari semua anak usaha Astra yang ada di daerah. Bagi
saya, pelaksanaan genba ini amatlah
sangat penting, tidak hanya dari sisi penyampaian komunikasi yang sangat efektif
ke level bawah perusahaan, tetapi juga untuk lebih meningkatkan sinergi bisnis anak
usaha Astra yang satu dengan yang lainnya. Sinergi tidak akan muncul jika tidak
diawali dengan kekompakan dan kedekatan antar sesama anak usaha Astra, dan
kekompakan serta kedekatan ini didapatkan melalui persiapan genba yang membutuhkan kerja tim dari
semua anak usaha Astra yang ada di daerah yang akan dikunjungi oleh Dewan
Direksi.
Akhir kata, apa yang telah disampaikan diatas merupakan segelintir contoh prestasi
yang berhasil ditorehkan Astra International di jagat bisnis nasional hingga kini,
dimana semua prestasi tersebut bukanlah sesuatu yang bisa mereka dapatkan
dengan mudah dan singkat, tetapi harus melewati jalan yang sangat panjang nan
berliku. Apalagi dengan jumlah anak usahanya yang sangat banyak, tentunya tidak
mudah untuk bisa mengarahkan seluruh anak usaha tersebut untuk dapat berjalan
di jalan yang sama dan pada akhirnya secara bersama-sama tiba di tujuan akhir
yang telah ditentukan. Namun, dengan jam terbang dan pengalaman panjangnya, saya
yakin Astra akan terus tumbuh dan berkibar sebagai perusahaan nasional terbaik dan
terbesar yang betul-betul layak mendapatkan predikat an Asset to the Nation. Well
Done!!!