Kita semua pasti mengetahui bahwa manusia adalah
makhluk ciptaan-Nya yang paling sempurna, dan manusia juga merupakan satu-satunya
makhluk hidup yang diberikan tingkat intelektualitas tertinggi dibandingkan
makhluk hidup lainnya yang ada di muka bumi ini. Pada dasarnya, tingkat
intelektualitas yang diberikan ke masing-masing kita adalah sama, dan ibarat
tanaman, daya intelektualitas ini pun akan tumbuh subur jika kita rajin
merawatnya setiap hari. Sebaliknya, tanaman kepintaran yang telah dianugerahkan
kepada kita pun akan dengan mudah layu jika sang pemilik tidak mampu merawat
tanamannya dengan baik, cenderung membiarkan tanamannya layu, dan secara
perlahan tapi pasti, tanaman tersebut akan mati dengan sendirinya.
Rasa-rasanya tidak akan ada sisi menariknya
sedikitpun jika kita membicarakan tanaman yang layu hanya karena sang pemilik
malas untuk merawat tanamannya.
So, let’s
start to talk directly to the main topic…
Sederhananya, intelektualitas yang saya maksudkan
di atas adalah kepintaran seseorang, yang tidak hanya pintar secara teori atau
memiliki catatan nilai akademik diatas rata-rata, tetapi juga pintar dalam bidang
non-akademik. Sebenarnya, penilaian dalam hal non-akademik ini sangatlah luas,
tetapi izinkan saya untuk mengerucutkan definisi kepintaran yang saya maksud
disini dengan analogi sederhana, dimana dalam hal ini, dengan kepintarannya seseorang
harus mengeluarkan segala kemampuan dan kreatifitasnya untuk bisa menghadapi setiap
masalah yang muncul, dan menjadikan masalah tersebut sebagai sebuah peluang dan
modal untuk keberhasilan dan kesuksesan dirinya di masa yang akan datang.
Kepintaran ini jugalah yang banyak digunakan oleh
sebagian besar orang untuk menggali, melatih dan terus mengasah bakat terpendam
yang dimilikinya secara konsisten dan kontinyu, sehingga pada akhirnya, ia
mampu menyuguhkan bakatnya secara maksimal dan membuat orang lain terpikat serta
terkagum-kagum dengan pertunjukan bakat yang mereka suguhkan.
Orang-orang seperti inilah yang tidak hanya
cemerlang dalam hal apapun, tetapi juga biasanya memiliki banyak penggemar atau
idola, yang tidak hanya mengagumi bakat atau kepintarannya semata, tetapi juga
berusaha meniru apapun yang dilakukan dengan harapan bisa meraih hasil kesuksesan
atau keberhasilan seperti yang sudah diraih oleh idolanya dengan cara yang sama.
Orang-orang yang kita kagumi sebagai panutan, baik
seseorang yang sangat ahli dalam bidang tertentu, memiliki jabatan yang tinggi di
dalam sebuah organisasi atau perusahaan, atau bisa juga karena orang tersebut
memiliki kemampuan atau kebiasaan yang menurut kita bisa dijadikan sebagai
contoh dalam berperilaku dan bersosialisasi dengan orang lain di sekitar kita,
biasa disebut sebagai Role Model.
Mengacu ke Wikipedia, Role Model adalah seseorang
yang memberikan contoh, dimana perilakunya kerapkali dicontoh atau ditiru oleh
orang lain. Singkatnya, Role Model tidak hanya seseorang yang kita idolakan,
tetapi lebih dari itu, perilaku atau pencapaiannya mampu menginspirasi banyak
orang, sehingga apa yang dilakukan oleh orang tersebut selalu dijadikan sebagai
contoh untuk ditiru ke dalam kebiasaan dan perilakunya sehari-hari.
Orang yang biasa dijadikan sebagai Role Model ini
pun beragam, dan bisa berasal dari berbagai macam kalangan, walaupun pada
umumnya siapa pun bisa dijadikan sebagai Role Model, termasuk Anda-Anda yang
sedang membaca artikel ini. But on this
case, let’s take examples of artis/selebritis, pengusaha, professional,
penyanyi, dokter, pengacara, bahkan bisa juga seorang ustad/imam/pendeta yang
memiliki banyak umat dan memiliki kemampuan berkomunikasi yang cukup baik.
Mengingat besarnya pengaruh Role Model dalam kehidupan
kita sehari-hari, baik saat berinteraksi dan bersosialisasi dengan orang lain,
maupun juga dalam kaitannya dengan pencapaian tujuan hidup kita di masa yang
akan datang, maka berhati-hatilah sebelum memilih seseorang untuk dijadikan
sebagai Role Model, apalagi jika kita sudah tahu pasti bahwa apa yang dilakukan
oleh calon Role Model tersebut telah banyak merugikan orang lain, dan tentunya
hal yang sama juga tidak ingin kita lakukan, yang akhirnya akan ikut merugikan
banyak orang jika perilaku dan kebiasaan yang sama juga ikut kita tiru dalam
kehidupan kita sehari-hari.
Role Model kerapkali dipilih oleh seseorang, tidak
hanya karena Role Model tersebut telah berhasil mencapai suatu keberhasilan
sepanjang hidupnya yang mungkin saja tidak berhasil diraih oleh kebanyakan
orang lainnya, tetapi juga karena perilaku Role Model tersebut semasa hidupnya
telah terbukti bisa menjadi teladan yang cukup baik. Contoh Role Model seperti
ini, sebut saja Nabi Besar dalam Islam, yaitu Nabi Muhammad SAW, yang semasa
hidupnya telah banyak menorehkan hasil-hasil besar, tidak hanya dalam kehidupan
beragama, tetapi juga dalam kehidupan sosial sehari-hari, baik dalam berdagang
atau berbisnis, serta dalam pentas politik yang pada masa itu banyak dipenuhi
oleh politikus-politikus kotor yang tidak dapat dipercaya, serta juga tidak
memiliki jiwa kepemimpinan yang baik, yang bisa dijadikan teladan bagi banyak
orang seperti Rasulullah SAW.
Namun, Role Model ini tidak selalu seseorang yang
memberikan contoh atau keteladanan yang positif bagi orang lain, tetapi bisa
juga seseorang yang memberikan contoh yang negatif, dan pencapaian atau
kesuksesan yang diraihnya semasa hidup bisa dikatakan lebih banyak memberikan
dampak yang negatif bagi banyak orang, ketimbang dampak positifnya. Ambil
contoh Adolf Hitler, sang diktator Nazi yang telah membantai dan memburu banyak
Yahudi ini tercatat memiliki banyak penggemar atau orang-orang yang masih mengidolakan
Hitler hingga saat ini. Kendati tindakan sadis dan kejinya telah banyak
meninggalkan dampak negatif dan kebencian yang sangat luas, khususnya di
kalangan kaum Yahudi Eropa, tetapi tidak sedikit juga orang yang mengagumi sisi
positif dari seorang Hitler. Hitler merupakan orator yang sangat hebat, dimana
pidato-pidatonya selalu mampu menggugah, serta membakar motivasi para pengikut-pengikutnya.
Hitler juga merupakan seorang nasionalis yang sangat mencintai negaranya, dan
tidak pernah memanfaatkan pangkat dan jabatannya untuk memperkaya diri sendiri
atau keluarganya. Semua yang dimiliki banyak didedikasikan untuk negaranya,
dimana hal ini terbukti dari sedikitnya jumlah tabungan dan asset yang
dimilikinya selama menjabat sebagai pemimpin tertinggi Nazi pada masanya.
*) Catatan tambahan, bahwa disini penulis tidak
bermaksud sedikitpun untuk mengajak para pembaca untuk mengidolakan atau
membenci orang tertentu yang dijadikan sebagai contoh Role Model dalam bahan
artikel ini.
Saya pribadi, sama seperti orang lain pada
umumnya, memiliki banyak Role Model dari berbagai kalangan yang memiliki
perannya masing-masing dalam kehidupan saya hingga saat ini, baik dalam
kehidupan di keluarga dari mana saya berasal, di perusahaan tempat saya bekerja
dan mencari nafkah, maupun juga di lingkungan tempat saya bersosialisasi dengan
teman-teman. Peran Role Model dalam kehidupan saya pribadi amatlah sangat
penting, karena mereka bisa memberikan contoh gambaran yang nyata akan masa
depan yang saya inginkan.
Setiap kali memilih seseorang untuk dijadikan Role
Model, saya selalu memulai dengan pertanyaan-pertanyaan, apakah Role Model yang
saya pilih sudah terbukti berhasil menjadi seorang A, B atau C? Apakah ketiga
pilihan tersebut sudah betul-betul merepresentasikan apa yang ingin saya capai
dan apa yang ingin saya raih di masa depan? Lantas apa saja yang mereka lakukan
sebelum mereka berhasil dan menjadi sukses seperti sekarang ini? Pertanyaan
terakhir, apa yang sudah dilakukan orang lain tersebut, namun masih belum saya
lakukan hingga saat ini?
Seperti yang sudah saya sampaikan sebelumnya, saya
memiliki banyak Role Model, dan Role Model tersebut telah banyak
berganti-ganti, terutama setelah saya mengenal orang baru yang menurut saya
lebih sukses atau lebih baik dalam banyak hal dari Role Model yang saya pilih
sebelumnya. Kenal yang saya maksudkan disini bukanlah berarti Role Model yang
saya pilih telah mengenal saya atau kami pernah bertatap muka, karena sejujurnya,
tidak ada satupun orang-orang yang saya jadikan idola pernah bertemu dengan
saya sebelumnya, hehehe, namun, saya mengenal mereka dengan baik karena saya banyak
mencari-cari info tentang biodata idola saya tersebut, sehingga saya pun bisa
tahu banyak mengenai latar belakang atau catatan kehidupan masing-masing idola
saya, hingga pada akhirnya, saya bisa mengidolakan mereka dan bisa memasukkan mereka
ke dalam List of My Role Model. Sebut saja beberapa diantaranya adalah Nabi
Besar Muhammad SAW, Michael Jordan, Steve Jobs (alm), Michael D. Rusli (alm),
Chairul Tanjung, dan termasuk CEO dari perusahaan tempat saya bekerja: Hasnul
Suhaimi. Mereka-mereka adalah orang-orang hebat yang menurut saya perilaku,
keteladanan dan kesuksesannya bisa dijadikan contoh, baik dalam perilaku
kehidupan sehari-hari, maupun juga dalam perjalanan karir saya, yang saat ini
masih dalam tahap awal proses perjalanan menjadi seorang professional (minimal
Direktur) di suatu perusahaan besar saat usia saya menginjak 35 tahun nanti.
Namun, tidak hanya orang-orang tersebut yang
selama ini telah banyak menjadi pembimbing gaib
saya melalui kisah serta catatan perjalanan hidup dan kesuksesan mereka yang telah
saya baca dan kumpulkan melalui banyak sumber, tetapi ada juga beberapa orang,
yang menurut saya telah banyak berjasa dalam membantu saya, meskipun namanya
tidak setenar orang-orang yang telah saya sebutkan sebelumnya. Mereka adalah
Ayah dan Kakak Lelaki saya, yang selama ini telah banyak memberikan contoh,
baik langsung maupun tidak langsung, bagaimana menjadi seseorang yang berhasil
dalam pekerjaan, tetapi juga dengan tidak melupakan agama, keluarga, serta gaya
hidup yang sederhana, atau kami di keluarga biasa menyebutnya dengan “Gaya
Hidup Prihatin”.
Siapapun bisa menjadi apapun yang kita inginkan.
Siapapun juga bebas dalam memilih dan menentukan siapa Coach/Role Model yang tepat, yang menurut kita bisa dijadikan
sebagai sumber inspirasi dan perilakunya dapat kita contoh atau tiru demi untuk
menjadi seseorang yang kita inginkan di masa yang akan datang. Untuk menjadi seseorang
yang berhasil, dibutuhkan kerja keras, ketekunan dan komitmen yang tinggi,
dimana penggerak dari semua itu berasal dari diri sendiri. Orang lain atau
siapapun, baik yang sehari-hari berada di sekitar kita, ataupun juga
orang-orang yang hanya kita ketahui melalui koran, televisi, majalah atau
internet, juga bisa memberikan kontribusi positif kepada kita untuk menjadi
seseorang yang kita inginkan. Tetapi, peran serta dan kontribusi mereka dalam
menginspirasi kehidupan kita tidak akan dapat berjalan maksimal selama kita
tidak mau membuka diri untuk menerima masukan, saran atau kritik dari orang
lain.
Hal terakhir yang harus diingat, sebelum kita
menentukan dan memilih siapa Role Model kita, lihat dulu ke sekeliling kita,
lihat ke masing-masing anggota keluarga yang kita miliki, apakah ada diantara
mereka yang perilaku kesehariannya dapat kita tiru dan kita jadikan sebagai
modal kesuksesan kita nantinya? Ingat, kita semua adalah makhluk sosial yang
tidak bisa hidup sendiri dan selalu membutuhkan orang lain dalam menjalani
kehidupan kita sehari-hari.
Jika Anda sudah berkeluarga, tidak ada salahnya
jika Anda meluangkan waktu Anda sejenak untuk introspeksi diri, apa saja
hal-hal positif dan negatif yang sudah Anda lakukan di dalam keluarga dan
pernah dilihat oleh istri dan terutama anak-anak Anda? Jika masih ada tindakan
negatif yang masih Anda lakukan, segera hentikan mulai sekarang juga! Jangan
sampai anak-anak Anda melihat dan merekam tindakan Anda di kepala mereka
masing-masing, untuk kemudian suatu saat nanti mereka melakukan hal yang sama,
dan menganggap apa yang mereka lakukan adalah sesuatu yang positif, karena
mereka mempelajari hal tersebut dari Anda yang merupakan Kepala Keluarga di
rumah. Keluarga adalah influence
terbesar dan terdekat untuk anak-anak kita. Jangan sampai anak-anak kita setiap
hari kita pertontonkan tindakan-tindakan negatif yang sama sekali tidak ada
gunanya untuk mereka dan masa depan mereka. Karena bukan tidak mungkin, setiap
anak mengidolakan orang tua mereka masing-masing, dan mereka ingin menjadi
seperti orang tua mereka di masa yang akan datang.
Siapapun bisa menjadi Role Model, dan siapapun
mempunyai kebebasannya masing-masing untuk menentukan dan memilih siapa orang
yang tepat untuk dijadikan sebagai panutan atau Role Model mereka.
As long as choosing Role Model is priceless, choose them as much as you can. Emulate their good sides, and take away their bad sides.
As long as choosing Role Model is priceless, choose them as much as you can. Emulate their good sides, and take away their bad sides.
We are what we think we are…
Happy Choosing Guyz…
Written by Bramasto Ari Wibowo
Published on Aug 26, 2012